Kamis, 29 Agustus 2019

Cerpen 1

Halo teman-teman sekalian. Siang ini engga tau kenapa aku tiba-tiba aja terlintas imajinasi kayak gini. Ya udah daripada mubazir aku iseng aja tulis. Semoga sukaaa.


LEMPARAN CINTA

Terik matahari siang ini begitu menyengat kulit. Panas yang dipancarkan membuat makhluk di bumi membutuhkan tempat untuk berteduh. Tak hanya itu, sunscreen beserta suncblock sangat diperlukan di musim panas bulan Februari. Toko-toko penjual lotion pelindung matahari laris terjual habis.

Mikaila Putri. Yang kerap disapa dengan sebutan Mika. Seorang siswi kelas 11 IPA 5. Berperawakan mungil dengan kulit putih seperti wanita Jepang. Mata berkornea cokelat menambah aksen keindahan pria yang melihatnya. Bibir tipis yang dimilikinya begitu manis ketika senyuman terukir.

Di tengah teriknya sang raja siang, Mika memilih untuk duduk di samping papan skor. Sekolahnya sedang mengadakan turnamen bola voli antar kelas. Sebagai salah satu anggota OSIS, Mika diberi kepercayaan untuk menjadi penjaga papan skor. Tetapi, Mika tak hanya sendirian. Ia ditemani oleh Sandra Oktaviani, siswi kelas 11 IPA 2 sekaligus menjabat sebagai sekretaris OSIS. Pertandingan pada siang hari ini merupakan pertandingan antara 11 IPA 4 melawan 11 IPS 4. Papan skor yang terletak di sudut lapangan menunjukkan angka 2-4. Keunggulan masih didapatkan oleh kelas 11 IPS 4.

Prit. Prit.
Peluit tanda berakhirnya set pertama berbunyi. Pemain meninggalkan lapangan, mencari kawan sekelas untuk meminta sebotol air mineral. Tak jarang diantaranya yang mengusap keringat menggunakan kaos timnya. Mika memperhatikan para pemain yang begitu kelelahan demi memperjuangkan harkat dan martabat kelas masing-masing. Tak lama kemudian, peluit berbunyi kembali. Set kedua akan segera dimulai. Para pemain menuju posisi yang telah ditentukan. 11 IPA 4 berada di sisi kanan lapangan sedangkan 11 IPS 4 berada di sisi kiri lapangan.

Pertandingan dimulai. Pemain dari kelas IPS melakukan Service. Lapangan berubah menjadi ramai kembali. Para supporter dari setiap kelas menyemangati para pemain. Riuh tepuk tangan beserta sorak sorai memeriahkan pertandingan kali ini. Mika dan Sandra pun tak henti-hentinya menyoraki andalan mereka. Pemain dari kelas 11 IPS 4, yang Mika tak ketahui siapa namanya melakukan passing. Namun, bola yang dilambungkan meleset dan mendarat di dahi Mika.

"Aw." Mika mengaduh kesakitan.
"Maaf-maaf." Pelaku meminta maaf dari kejauhan sambil menyatukan kedua telapak tangannya dan disimpan di depan dada.
"Kau tak apa?" Tanya Sandra khawatir.
"Aku baik-baik saja." Jawab Mika.

Semenjak kejadian tersebut, Mika sering sekali membayangkan sosok pelempar bola itu. Entah kenapa, Mika ingin sekali mengetahui namanya. Ia tak mengerti perasaan apa yang tiba-tiba muncul begitu saja. Setelah sekian lama, Mika akhirnya mengetahui siapa dia. Sosok yang selama ini memenuhi pikirannya. Dia adalah Akram. Mika diam-diam mendengar salah seorang temannya memanggil namanya dan kebetulan saja Mika tepat berada di lokasi.

Akram Winata. Seorang pria dengan tubuh terbilang sedang. Rambut klimis ala pomed. Berkulit sawo matang nan eksotis. Pandai sekali dalam olahraga bola voli. Namun, dibalik kelebihannya, Akram memiliki sifat introvert. Dia, si pendiam yang begitu misterius.

Hari demi hari berlalu. Perasaan Mika untuk Akram terus tumbuh. Mika menyukai Akram. Ia ingin Akram menjadi miliknya bagaimanapun caranya. Dengan bantuan Rendi, teman Akram, kini Mika telah menyimpan nomor Akram di daftar ponselnya. Mika terkenal akan keberaniannya, maka tak heran jika ia berani menghubungi Akram terlebih dahulu.

Mika : Hai Akram, ini aku Mika. Gadis yang terkena lemparan bola darimu saat turnamen kemarin.

Akram : Hai Mika, aku minta maaf. Aku tak sengaja melakukannya.

Percakapan antara Mika dan Akram berlangsung begitu saja. Dari mulai topik yang biasa saja sampai topik yang menarik. Jantung Mika berdegup kencang, senyuman terukir setiap kali mendapatkan notifikasi dari Akram. Rasanya, musim semi tengah bersemayam di hatinya.

Semakin hari, keakraban Mika dan Akram mulai terlihat. Selain itu, kenyataan bahwa rumah mereka searah menjadi kesempatan bagi Mika. Terkadang mereka tak sengaja bertemu di gang kecil menuju sekolah. Itu merupakan hal yang paling menyenangkan karena Mika dapat berbincang cukup lama dengan Akram.

Mika selalu memprioritaskan Akram dibandingkan dirinya. Walaupun status mereka saat ini masih sekedar teman, namun Mika tak pernah mempedulikannya. Disaat Akram kesulitan dalam mengerjakan PR, Mika membantunya. Bahkan Mika sering sekali meminjamkan catatan untuk Akram.

12 Agustus 2015. Pada hari itu, Mika merasakan patah hati yang begitu hebat. Seakan ditusuk-tusuk menggunakan jarum, perih dan membekas. Seorang Akram yang selama ini Mika menyangka bahwa dia menyukainya, ternyata salah. Tepat di posisinya, Mika melihat bahwa Akram tengah bergandengan dengan wanita lain. Mika tak mengetahui siapa wanita itu. Bulir-bulir air mata mulai berjatuhan. Membasahi rok selutut yang dikenakan Mika. Ia masih tak percaya, pria pujaannya kini bersama wanita lain, bukan dia.

Semenjak kejadian itu, Mika tak pernah ingin melihat Akram kembali. Bagaimanapun, Akram telah melukai hatinya. Perasaan tulus yang dirajut oleh Mika selama ini terobek-robek bagai kertas lusuh di jalanan. Rumor bahwa Akram dan Sasha menjalin hubungan menambah sesak di dada. Jika saja Mika tak memiliki keinginan lagi untuk hidup, mungkin saja ia telah terjun dari lantai paling atas apartemen kota ini. Namun, Mika tak pernah sekalipun memiliki niat untuk melakukan hal itu. Mika hanya mendoakannya dari jauh, semoga kelak Akram bahagia bersama dengan Sasha. 'Dan jika suatu saat nanti kau tak bahagia bersama dengannya, maka jangan pernah kembali. Karena kembalimu nanti sama menyakitkannya dengan kepergianmu dahulu.'

Tidak ada komentar:

Posting Komentar