HARAPAN YANG SIRNA
Bumi yang telah tercipta berjuta tahun lebih. Dihuni oleh manusia yang begitu banyak. Karakter masing-masing sungguh berbeda. Ada yang berperan sebagai tokoh protagonis dan ada juga yang berperan sebagai tokoh antagonis. Kehidupannya mengikuti takdir yang telah digariskan. Kebahagiaan hingga kesedihan menyelimuti setiap hari. Problem tak dapat dihindari. Pepatah mengatakan bahwa hidup tak indah apabila tanpa masalah. Intan, salah satu penghuni bumi mempercayai hal itu.
Berkali-kali Intan telah bangkit dari jurang terdalam. Hingga akhirnya, sang penolong datang padanya. Beribu bahkan berjuta ucapan terimakasih dilontarkan olehnya. Sampai pada suatu saat, pria itu mampu memasuki hutan yang begitu menyeramkan. Dengan segenap keberaniannya, dia ubah hutan tersebut menjadi taman yang begitu indah. Entah bagaimana caranya dia melakukan semua itu. Intanpun begitu takjub melihatnya.
Pria itu adalah Dirga Saputra. Seseorang yang senantiasa berada di sisi Intan baik suka maupun duka. Sahabat yang begitu setia menemani Intan menghadapi segala problem. Persahabatan telah terjalin semenjak keduanya masih duduk di bangku taman kanak-kanak. Tak ada lagi secret diantaranya, mereka telah terbuka satu sama lain.
Kini, Intan dan Dirga telah tumbuh dewasa. Menjadi wanita cantik nan mempesona dan menjadi pria tampan yang gagah. Setiap orang yang tak mengetahui hubungan mereka, pasti mengira sepasang kekasih. Tak hanya itu, perkataan para netizen bahwa keduanya merupakan pasangan serasi sudah menjadi santapan sehari-hari.
"Oh yah, hari ini kita pulang bersama kan?" Ucap Intan kepada Dirga yang tengah sibuk memainkan gitar.
"I'm sorry, Intan. Aku ada jadwal les gitar." Jawab Dirga meyakinkan Intan.
"Yeah, It's okay. Aku bisa pulang sendiri."
Bel tanda KBM berakhir berbunyi. Semua siswa berhamburan keluar kelas. Begitupun dengan Intan. Ia berjalan menyusuri koridor sekolah. Melangkah dengan perlahan. Rasa bosan menghampiri tanpa adanya Dirga. Berbagai pertanyaan berkumpul di dalam pikiran. Tetapi, dengan cepat Intan menepis segalanya.
Ponsel Intan berdering ketika ia akan terpejam. Tertera nama Dirga di layar ponsel. Intan mengangkat telepon tanpa mempedulikan rasa kantuknya.
Intan : Iya Dirga, Ada apa?
Dirga : Besok kau ada acara tidak?
Intan : Memangnya kenapa?
Dirga : Bagaimana kalau besok kita pergi ke mickeyland?
Intan : That's good idea.
Dirga : Okay. Aku akan menjemputmu pukul 8 besok. See you.
Intan : See you.
Intan menutup telepon dari Dirga. Rasa kantuknya mendadak hilang. Ia beranjak dari kasur mencari dresscode apa yang harus dikenakannya esok hari. Bagaimanapun, Intan tak boleh terlihat buruk di hadapan Dirga. Setengah jam kemudian, Intan menemukan dresscode yang cocok. Kaos putih polos beserta celana jeans selutut. Ditambah sneakers yang akan membalut kakinya. Intan tersenyum sendiri melihat dirinya dalam cermin.
Tepat pukul delapan pagi, Dirga sudah menunggu Intan di depan pagar rumah. Aura ceria terpancar dalam wajah Intan. Entah kebetulan atau memang skenario tuhan, hari itu keduanya mengenakan dresscode yang sama. Hanya saja, rambut pirang Dirga tertutup oleh topi berwarna hitam.
"Kau cantik hari ini." Dirga memuji Intan. Seseorang yang dipuji tersipu malu. Pipi chubbynya berubah menjadi kemerahan. Intan senang sekali Dirga memperhatikannya. Dan siapa sangka, kalimat singkat itu mampu membuat Intan menaruh hati kepada Dirga.
Mereka bersenang-senang di mickeyland. Suatu taman hiburan yang di dalamnya terdapat berbagai macam wahana bermain. Dari mulai level biasa sampai ekstrim. Untuk bisa menaiki setiap wahana, pengunjung harus mengantri terlebih dahulu. Antrian panjang terlihat bagi mereka yang menggunakan tiket reguler. Berbeda dengan tiket eksekutif yang hanya terlihat segelintir saja. Untungnya, Intan dan Dirga membeli tiket eksekutif mengingat hari ini adalah weekend.
"Aduh, aku lelah sekali." Keluh Intan mengusap peluhnya yang hampir menetes.
"Intan, maukah kau mendengarkanku?" Tanya Dirga.
"Ya."
Dirga melantunkan lagu 'Beautiful In White' yang dinyanyikan oleh 'Westlife'. Suara merdu Dirga mampu membuat hati tenang dan damai. Intan telah siap menerima realita yang akan terjadi hari ini. Jawaban 'ya' sudah pasti terlontar dari mulutnya.
"Bagaimana, bagus tidak?"
"It's good. Really good. I like it." Intan memberikan tepuk tangan atas performance Dirga.
"Kau serius? Menurutmu, apa Sely akan menyukainya jika aku menyanyikan lagu itu untuknya? Jujur saja, aku sudah lama memendam peras..." Perkataan Dirga terpotong. Intan hanya menjawab sekenanya. Harapan yang diinginkan pupus seketika. Hatinya bagai tersayat pisau tajam. Meninggalkan bekas luka yang tak seberapa, namun menanamkan sakit yang luar biasa. Bukankah realita tak semanis ekspektasi?
Hari demi hari dan waktu terus berputar. Taman yang indah itu perlahan mulai sunyi. Tak ada yang ingin merawat taman tersebut. Mungkin dia lelah, atau dia sudah bosan? Entahlah. Intan tak pernah mengerti setiap alur yang dia buat. Baginya, lebih baik berada di dalam jurang daripada menghadapi kenyataan pahit seperti ini. Untuk apa dia ubah taman yang indah jika pada akhirnya dia merusak keindahan tersebut? Sudahlah. Hentikan segalanya. Intan sudah lelah berjalan di dalam labirin yang tak ada jalan keluarnya. Biarkan Intan mencari rute sendiri, rute tercepat menuju pelangi setelah hujan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar